Kamis, 07 Oktober 2010

Tertawalah Saat Senang, Menangislah Saat Sedih

Saat manusia hidup di dunia, dia pasti akan menerima imbas dari semua sifat yang dimiliki dunia. Sifat dunia yang sangat dominan adalah tidak tetap (berubah-ubah) kadang disebut dengan istilah "sementara" atau "silih berganti". Karena selalu berubah ubah sehingga disebut dengan istilah "menipu" / "fatamorgana". Keadaan yang tidak tetap itu terlihat dari semua yang ada di dunia, mis. musim, cuaca, waktu, dll. yang selalu silih berganti atau berputar. Begitupun yang yang terjadi pada suasana hati manusia. Ada kalanya merasa sedih tapi sering juga mendapatkan kesenangan.

Secara alamiah saat sedih kita akan merasa tertekan (kadang sampai menangis, walaupun sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan ..he..he). Begitu juga saat kita senang, aaahh lega rasanya. Hal semacam ini sangat terlihat pada anak kecil, tanpa pikir panjang dia akan menangis jika ada yang membuatnya tertekan, dan akan tertawa atau tersenyum saat tidak merasa tertekan.

Bolehlah kita belajar pada anak kecil dengan segala kepolosannya. Sehingga tertawa dan menangis (dalam batas yang wajar) adalah hal yang alamiah. Tidak heran banyak ahli terapi kejiwaan menganjurkan untuk melakukan hal tersebut. Nilai-nilai yang dapat kita petik disini adalah suatu konsep "kejujuran" dan konsep "kewajaran" / "kesederhanaan" / "tidak berlebihan". Nilai-nilai tadi berlaku untuk semua keadaan. Seperti suatu ungkapan "Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang" sebuah hadits yang populer. Ada juga suatu nasehat "Tidurlah jika mengantuk", "Istirahatlah jika capek", dll. semua menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dan kesederhanaan dalam kehidupan ini.

Tapi sering terjadi suatu eksploitasi yang berlebihan sehingga kejujuran dan kesederhanaan tadi menjadi tidak diperhatikan lagi. Saat kita capek, kita memaksakan diri untuk terus bekerja. Saat sedih kita paksa diri untuk mengalihkan perhatian dengan dalih berpikir positip. Berpikir positip yang tepat bukanlah seperti meminum obat penghilang rasa nyeri ketika kita sakit, tapi lebih mengarah kepada keyakinan adanya pertolongan dan jalan keluar yang akan diberikan oleh Yang Maha Memberi Pertolongan. Berpikir positip yang benar tidaklah membuat orang menjadi sombong (kadang tanpa sadar) dengan merasa mampu, merasa kuat, dll. Berpikir positip haruslah membuat kita menjadi tegar dalam kehidupan ini melalui bersyukur dan tawakkal karena mengerti bahwa "Tidak ada kekuatan dan daya upaya melainkan pertolongan-Nya". Ketegaran tadi janganlah membuat kita memaksakan diri untuk tidak menangis artinya jika sudah tidak tahan maka (ya..sudahlah..he..he jadi ingat sebuah lagu) menangislah dengan tidak berlebihan.

Ada banyak ungkapan yang bisa membuat kita tegar dalam menjalani hidup (berpikir positip), seperti "Hidup di dunia hanyalah sementara", "Kesenangan dan kesedihan seperti siang dan malam", "Janganlah berputus asa terhadap rahmat-Nya", dll. Janganlah mengejar kesenangan karena pasti akan merasakan kesedihan. Tapi capailah kebahagiaan dengan cara menjaga kejujuran, kesederhanaan, dan bertaqwa kepada-Nya. Karena kesenangan bisa dirasakan oleh semua orang tapi kebahagian hanya bisa dirasakan oleh orang yang bertaqwa.

Salam... :)


Artikel lainnya:
Investasi Vs Sedekah
Pentingnya Menyikat Gigi
Keajaiban Rejeki Program 99 Hari

0 komentar:

Posting Komentar